“Aduh lama banget sih Li, bete gue nungguin lo“ kata Vie dengan wajah cemberut.
“Maaf Vie, soalnya Bu Tuti minta gue buat bantu ngoreksi soal anak kelas 1” jelas Lia.
“Oh, gue kira elo tidur lagi kayak kemaren”
“Enak aja”
“Kalo begitu kita makan pangsit Pak Min yuk gue laper nich” ajak Viera
“Ok! siapa takut” sambut Lia dengan semangat.
“Tapi Vie, gue ke kelas dulu ya, ada yang ketinggalan nich di laci meja gue, elo duluan aja ke kantin “
“Inget loh jangan pake lama”
“Ok bos!”
Ketika itu semua kelas kosong hanya terlihat segelintir orang murid yang sedang melakukan kegiatan ekskul di lapangan.
Ketika Lia merogoh laci mejanya, Tiba-tiba dia mendengar seseorang yang menangis tersedu-sedu dari samping kelasnya. Sayup-sayup suara orang berbincang pun terdengar. Rasa penasaran Lia memuncak ketika mendengar suara itu seperti suara orang yang dikenalnya. Diam-diam Lia mengendap-ngendap mencari tahu apa yang terjadi di samping kelasnya itu. Matanya terbelalak ketika yang dilihatnya adalah seseorang yang sangat dikenalnya bersama seseorang. Pembicaraan itu tak sengaja menarik perhatian Lia, dahinya mengerenyit naik turun mendengar arah pembicaraan dua orang itu tanpa sadar Lia terlibat serius dengan mereka dan akhirnya dua orang itu pergi.
Seminggu setelah kejadian itu, ketika Lia sedang duduk di teras depan kelasnya, teman ROHISnya, Tika, menghampirinya.
“Assalamu’alaikum Lia, Viera” salamnya ramah.
“Wa’alaikumsalam” jawab mereka berbarengan.
“Hari ini mau ada rapat di mushola dateng ya” tambahnya lagi.
“Eh iya, Insya Allah aku dateng Tik” jawab Lia dengan senyum.
“Ok bos” tambah Viera.
Lalu tanpa basa-basi Tika berlalu pergi, mata Tika terlihat sembab, punggung Tika terlihat sepi, entah apa gerangan yang membuat Tika si periang menjadi si pendiam.
“Li, elo tau nggak si Tika khan pacaran sama kakak kelas” Viera memulai pembicaraan.
“Ssstt.. jangan ngomong yang enggak-enggak ah, Vie”
“Ih, elo dibilangin, semua anak di sini udah pada tau kok! katanya ada anak kelas lain ngeliat dia berduaan dikelas sama seseorang, denger-denger sih namanya Edo, kalo nggak salah dia itu anak kelas tiga loh.”
“Maaf Vie, soalnya Bu Tuti minta gue buat bantu ngoreksi soal anak kelas 1” jelas Lia.
“Oh, gue kira elo tidur lagi kayak kemaren”
“Enak aja”
“Kalo begitu kita makan pangsit Pak Min yuk gue laper nich” ajak Viera
“Ok! siapa takut” sambut Lia dengan semangat.
“Tapi Vie, gue ke kelas dulu ya, ada yang ketinggalan nich di laci meja gue, elo duluan aja ke kantin “
“Inget loh jangan pake lama”
“Ok bos!”
Ketika itu semua kelas kosong hanya terlihat segelintir orang murid yang sedang melakukan kegiatan ekskul di lapangan.
Ketika Lia merogoh laci mejanya, Tiba-tiba dia mendengar seseorang yang menangis tersedu-sedu dari samping kelasnya. Sayup-sayup suara orang berbincang pun terdengar. Rasa penasaran Lia memuncak ketika mendengar suara itu seperti suara orang yang dikenalnya. Diam-diam Lia mengendap-ngendap mencari tahu apa yang terjadi di samping kelasnya itu. Matanya terbelalak ketika yang dilihatnya adalah seseorang yang sangat dikenalnya bersama seseorang. Pembicaraan itu tak sengaja menarik perhatian Lia, dahinya mengerenyit naik turun mendengar arah pembicaraan dua orang itu tanpa sadar Lia terlibat serius dengan mereka dan akhirnya dua orang itu pergi.
Seminggu setelah kejadian itu, ketika Lia sedang duduk di teras depan kelasnya, teman ROHISnya, Tika, menghampirinya.
“Assalamu’alaikum Lia, Viera” salamnya ramah.
“Wa’alaikumsalam” jawab mereka berbarengan.
“Hari ini mau ada rapat di mushola dateng ya” tambahnya lagi.
“Eh iya, Insya Allah aku dateng Tik” jawab Lia dengan senyum.
“Ok bos” tambah Viera.
Lalu tanpa basa-basi Tika berlalu pergi, mata Tika terlihat sembab, punggung Tika terlihat sepi, entah apa gerangan yang membuat Tika si periang menjadi si pendiam.
“Li, elo tau nggak si Tika khan pacaran sama kakak kelas” Viera memulai pembicaraan.
“Ssstt.. jangan ngomong yang enggak-enggak ah, Vie”
“Ih, elo dibilangin, semua anak di sini udah pada tau kok! katanya ada anak kelas lain ngeliat dia berduaan dikelas sama seseorang, denger-denger sih namanya Edo, kalo nggak salah dia itu anak kelas tiga loh.”
Esoknya dengan segala keberanian Lia menghampiri Tika yang sedang sendiri dikelasnya. Dengan ramah Lia pun menyapanya.
“Assalamualaikum Tika, kok sendirian sih , aku temenin yaa?”
“Eh, Lia, silahkan” seperti biasa Tika tersenyum dengan ramahnya.
”Kenapa sih kamu akhir akhir ini jarang aktif di ROHIS?”
“Ah, enggak aku cuma lagi gak enak badan kok!”
“Kamu nggak bisa bohong Tik aku tahu kamu, kamu pasti mikirin gosip itu kan?”
“Aku tahu Li apa yang kamu pikirin, pasti kamu sependapat dengan mereka kan?” wajah Tika menampakkan ketidaksenangan akan pertanyaan Lia.
“Aku nggak begitu Tik, aku cuma mau tahu yang sebenarnya, aku juga bingung kalo ditanyain soal kamu Tik, adek-adek di ROHIS juga nanyain serupa tentang itu apa iya aku harus jawab nggak tahu kamu khan temen aku Tik.”
“Maaf Li, Tika harus berkata begitu tapi dia cuma Tika anggap sebagai kakak, nggak lebih.” jelasnya.
“Maaf Tik, kalau dia cuma kakak apa pantas megang tangan kamu, mengelus punggung kamu pas kamu nangis, kasih bunga pas Valentine trus jalan-jalan berdua sedangkan dia bukan muhrim kamu Tik, apa kamu lupa kalau dua orang yang bukan muhrim berdua itu gak boleh dalam agama?”
“Entah berapa banyak mata yang menyaksikan itu Tik, dari adek-adek kelas sampai aku sendiri.”
“Li! Tika nggak punya pilihan lain dia terus ada disamping Tika, Tika nggak bisa lari Li”
“Sebenernya banyak pilihan dimata kamu Tik, tapi aku rasa kamu nggak mau ngelakuin salah satunya, kamu merasa terjebak kesatu pilihan, kamu bukan Tika yang aku kenal, bukan Tika yang teguh prinsipnya , bukan Tika yang pantang menyerah, ini bukan kamu yang dulu”
“Tika, pilihan kamu banyak sekarang tinggal kamu yang nenetuin, aku temen kamu dan aku gak mau ngeguruin kamu, kita semua ada di samping kamu kalo kamu perlu bantuan, kita kan saudara seiman ingat Tika Allah nggak akan memberi cobaan seberat ini jika hambanya tidak kuasa, dan ini adalah cobaan untuk hati kamu.”
“Aku akan berusaha Li.”ucapnya pendek.
“Satu lagi pesen aku Tik, cinta dunia cuma sesaat, tapi cinta Ilahi sampai akhir hayat” sesaat Lia memeluk Tika, wajah Tika tidak berekspresi dia hanya diam.
Seribu tanya masih berkecamuk dipikiran Lia ketika Lia meninggalkannya sendiri, apakah yang akan di lakukan Tika selanjutnya. Hati kecil Lia berkata memang kita saudara tapi jalan itu masing-masing sudah digariskan oleh Allah. Setidaknya Lia sudah berusaha semampunya. Selebihnya hanya Tika yang memutuskan dan hanya Allah yang berkehendak.
Sebulan kemudian sebelum ujian kenaikan kelas Tika mulai menampakkan perubahan, Anehnya perubahan itu bukan perubahan yang menyenangkan. Tika lebih suka berdua dengan cowok itu dan menghindari kami, vakum dari kegiatan ROHIS dan juga menutup diri kepada kami. Lia dan teman-temannya merasa bersalah apakah ada yang salah terhadap kata-kata mereka ataukah itu keputusan Tika. Mereka hanya mengelus dada. Entah apalagi yang harus mereka lakukan terhadap Tika.
Sebulan kemudian sebelum ujian kenaikan kelas Tika mulai menampakkan perubahan, Anehnya perubahan itu bukan perubahan yang menyenangkan. Tika lebih suka berdua dengan cowok itu dan menghindari kami, vakum dari kegiatan ROHIS dan juga menutup diri kepada kami. Lia dan teman-temannya merasa bersalah apakah ada yang salah terhadap kata-kata mereka ataukah itu keputusan Tika. Mereka hanya mengelus dada. Entah apalagi yang harus mereka lakukan terhadap Tika.
Makin lama masalah Tika surut semua mengangkat tangan terhadap hal itu, dan mengurusi urusan mereka sendiri.
“Aku udah capek Li, dia udah nggak mau denger aku lagi, setiap aku mau ngobrol, cowok itu selalu ada disampingnya dan dia lebih memilih cowok itu daripada aku, aku harus gimana lagi.” jelas Yana sobat kental Tika dulu.
“Kita doakan saja, semoga Allah selalu melindunginya, Yan.”
“Aku udah capek Li, dia udah nggak mau denger aku lagi, setiap aku mau ngobrol, cowok itu selalu ada disampingnya dan dia lebih memilih cowok itu daripada aku, aku harus gimana lagi.” jelas Yana sobat kental Tika dulu.
“Kita doakan saja, semoga Allah selalu melindunginya, Yan.”
Setahun pun berlalu dengan cepat sampai akhirnya kami lulus SMU. Cerita tentang Tika, tidak lagi didengar entah apa yang terjadi dengannya. Terakhir yang Lia dengar adalah orang Tua mereka tidak merestui hubungan mereka dan akhirnya mereka ‘backstreet’ dan yang paling memilukan adalah Tika yang melepaskan jilbabnya dan kembali seperti dahulu, yang tak bercahaya dan tak ada lagi ‘cinta’ dimatanya. Jalan yang diambil Tika memang salah tapi, secerca harapan yang terucap dari setiap doa teman-temannya untuk mengembalikan Tika kepada cintaNYA cinta yang abadi. Setiap kejadian memepunyai rahasia masing-masing dan rahasia itu hanya Allah yang Maha Mengetahui.